Yadi Surya Diputra dari Sumbawa untuk Indonesia dan Dunia (Episode 3)

"Dalam politik, ia menjadi cerminan Fahri Hamzah. Dalam keagamaan, ia pun menjadi cerminan Prof. Din Syamsuddin".

Begitulah, Yadi Surya Diputra. Akrab dengan nama gaul Ustad Suryo. Cita-citanya jelas dan nyata. Yakni, ingin mengabdikan hidupnya untuk Indonesia. Bahkan untuk dunia.

Pria usia 40 tahun ini adalah orang Sumbawa tulen. Muda, cendikia dan berani.

Sikapnya, cerminan pemikirannya. Ia kagumi cara berdemokrasi dan berpolitik Fahri Hamzah yang bicara apa adanya. Yang bersuara keras tapi tepat sasaran menyentuh hal-hal substansial dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Benar-benar mencerahkan dan mencerdaskan.

Namun dalam keagamaan, ia kagumi Prof. Din Syamsuddin, tokoh utama lintas agama dunia, khususnya Indonesia. Pelopor utama peradaban untuk dialog, agama dan perdamaian dunia.

Ia menggambarkan suasana kebatinan umat, dengan kehadiran Prof. Din pada berbagai momentum strategis di skala internasional maupun nasional.

Peran strategis Prof. Din, ia lukiskan seperti jalan, pasti ada ujungnya. Ada solusinya dalam penyucian diri umat dari jiwa-jiwa yang ternoda debu kehidupan. 

Dari sanalah, Ustad Suryo menebar penyadaran kolektif bahwa Fahri Hamzah, khususnya Prof. Din sebagai tokoh besar telah menciptakan sejarah. Yakni, mencatat pencapaian besar dalam hidupnya.

Sebagai cerminan dua tokoh ini, ia merasakan kalau hanya sekedar untuk menjadi anggota DPR (Dapil NTB 1 Pulau Sumbawa dari Partai Gelora), terlalu murah pencapaian yang akan ia gores dalam hidup yang mahal ini. 

Paling tidak sejarah yang ingin ia lukis adalah menjadi pembebas tanah Palestina. Menjadikannya sebagai negara merdeka di mana rakyatnya berdaulat sebagai manusia layaknya manusia manusia lain di belahan dunia.

Ia bercita-cita ingin menjadi penerus Fahri Hamzah dalam politik dan penerus Prof. Din Syamsuddin dalam keagamaan. Maka karena itu, ia ingin bekerja untuk rakyat, untuk umat manusia. Insya Allah, ia akan dipilih. (Bersambung ke episode 4).