Foto: Salah satu sudut Taman Wisata Okubu di Tokyo, Jepang
GARANEWS.ID _ Jepang berubah. Dulu, negara kaya. Kini, miskin. Fenomena ini, antara lain ditandai ramainya turis asing mencari "destinasi wisata seks" di Tokyo, ibu kota negara itu.
Kondisi saat ini berbanding terbalik dengan ketika ekonomi Jepang sedang baik-baik saja. Di mana pria Jepang akan pergi mencari wisata serupa ke negara-negara miskin.
Mengenai fenomena tersebut diakui Sekretaris Jenderal Dewan Penghubung Pelindung Pemuda (Seiboren), Yoshide Tanaka. Ia menyebut Jepang telah menjadi negara miskin.
"Namun kini kami melihat lebih banyak lelaki asing. Mereka datang dari banyak negara. Mereka berkulit putih, Asia, hitam, tetapi mayoritas adalah orang China," jelas Yoshide dikutip This Week in Asia South China Morning Post, yang dirangkum GARANEWS.ID dari CNBC Indonesia, 31 Desember 2024.
Lokasi "wisata seks" itu berada di Taman Okubu, Tokyo. Namun, di taman bursa seks itu tak ada germo dan mucikari. Orang-orang yang berkunjung akan mencari seks berbayar pada mereka yang mau melakukannya. Sekitar 30 wanita menunggu panggilan pada pukul 8 malam. Transaksi tawar menawar juga terlihat di taman itu secara bebas tanpa perantara.
"Banyak turis asing yang datang berkelompok, ditemani seorang penerjemah untuk membantu bernegosiasi," ulas media yang terbit di Tokyo.
Mayoritas mereka yang menjajakan diri adalah gadis belia. Mereka lebih memilih warga negara asing. Pasalnya, mereka takut pelanggan dari Jepang, karena bisa jadi, polisi yang menyamar.
Taman Okubo dikenal menjadi tempat 'wisata seks' untuk pengunjung asing. Para wanita yang berjalan-jalan di sana akan didekati untuk melakukan aktivitas seksual.
"Namun belum ada tindakan efektif untuk mengatasi situasi ini," ujar perwakilan Paps (lembaga nirlaba), Kazuna Kanajiri.
Kenyataan itu juga diketahui para anggota parlemen. Mereka mengaku takut reputasi Jepang akan rusak karena ada bursa seksual di Taman Okubo.
"Kenyataannya adalah Jepang telah menjadi negara tempat pria asing dapat memperoleh wanita muda dan pada dasarnya membeli layanan seksual," kata Kazunori Yamanoi dari Partai Demokrat Konstitusional Jepang, partai oposisi utama negara itu. Ia telah lama mengadvokasi undang-undang yang mengatur industri pekerja seks.
Pihak kepolisian berupaya untuk menertibkan kawasan itu. Setidaknya 140 wanita sudah ditangkap karena dugaan melakukan prostitusi jalanan pada tahun lalu.
Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo mencatat 43% yang ditangkap merupakan wanita yang dijajakan oleh klub dewasa. Beberapa pekerja disebut memiliki kuota yang perlu dipenuhi untuk membayar kembali utang klub. Satu sesi rata-rata dihargai 20 ribu Yen atau sekitar Rp 2 juta. Harga tersebut bisa turun menjadi 15 ribu Yen atau Rp 1,5 juta saat bisnis tengah lesu.
Mereka yang menjaja seks di sana, tak selalu baik-baik saja. Mikoyata, salah satu contoh. Gadis belia ini menceritakan soal pelanggan yang seringkali kasar. Bahkan ada temannya yang dipukuli pelanggan asing dan dituntut mengembalikan setengah uangnya karena tidak mencapai orgasme.
Ketika mencoba membantu temannya dan lari dari pria itu, Mikoyata ditendang dan temannya diancam untuk mengembalikan uangnya. Temannya mengembalikan uang pria tersebut dan mereka tidak melakukan tuntutan pidana karena merasa tidak akan mendapatkan keadilan.
John Doe
5 days agoLorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. A doloribus odio minus, magnam nisi repellendus aspernatur reiciendis sit dignissimos expedita eius deserunt! Saepe maxime ipsam quo minus architecto at sequi.